BAB I
PENDAHULUAN
- LATARBELAKANG
Dalam suatu manajemen terdapat suatu
perencanaan yang dijadikan suatu tujuan organisasi. Perencanaan itu sendiri
merupakan proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk
mencapai tujuan, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.
Perencanaan menjadi proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan
tak akan dapat berjalan. Perencanaan itu sendiri, terdiri dari dua elemen
penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana itu sendiri (plan).
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen
membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil.
Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas.
Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan,
pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated
goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya
untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan
sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran
riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta
anggotanya.
Ada dua pendekatan utama yang dapat
digunakan organisasi untuk mencapai sasarannya. Pendekatan pertama disebut
pendekatan tradisional. Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan
sasaran-sasaran umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi
sub-tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahannya itu kemudian
menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus hingga mencapai tingkat
paling bawah. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang
yang tahu segalanya karena mereka telah melihat gambaran besar perusahaan.
Kesulitan utama terjadi pada proses penerjemahan sasaran atasan oleh bawahan.
Seringkali, atasan memberikan sasaran yang cakupannya terlalu luas seperti
"tingkatkan kinerja," "naikkan profit," atau
"kembangkan perusahaan," sehingga bawahan kesulitan menerjemahkan
sasaran ini dan akhirnya salah mengintepretasi maksud sasaran itu (lihat
gambar).
Pendekatan kedua disebut
dengan management by objective (MBO). Pada pendekatan ini,
sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan oleh manajer puncak saja, tetapi
juga oleh karyawan. Manajer dan karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran
yang ingin mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai sehingga
produktivitas mereka akan meningkat. Untuk lebih jelasnya mengenai pendekatan
yang kedua yaitu Management By Objective (MBO) akan kami paparkan dalam makalah
ini.
- RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud Management By Objective (MBO)
- Bagaimana tahap pelaksanaan MBO?
- Bagaimana MBO yang Efektif itu?
- Bagaimana MBO dalam pendekatan sistem ?
- Apa saja kelebihan MBO?
- Apa saja kelemahan MBO?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Management By Objective (MBO)
Management by objective dapat juga
disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran. Pertama kali diperkenalkan oleh
Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Sejak
itu MBO telah memacu banyak pembahasan, evaluasi, dan riset. Banyak program
jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan hasil (manajemen
by result), manajemen sasaran (goals manajemen), perencanaan dan peninjauan
kembali pekerjaan (work planning and review), sasaran dan pengendalian (goals
and controls), dan lain-lainnya. Walaupun artinya berbeda-beda program ini
sama. Penggunaannya tidak hanya dalam dunia usaha saja tetapi telah semakin
berkembang luas pada dunia nonbisnis, seperti organisasi pendidikan, kesehatan,
keagamaan, dan pemerintahan.
Management by Objectives (MBO)
adalah metode penilaian kinerja karyawan yang berorientasi pada pencapaian
sasaran kerja. Secara umum esensi sistem MBO, terletak pada penetapan tujuan-tujuan
umum oleh para manajer dan bawahan yang bekerja bersama, penentuan bidang utama
setiap individu yang hasilnya dirumuskan secara jelas dalam bentuk hasil-hasil
(sasaran) yang dapat diukur dan diharapkan, dan ukuran penggunaan ukuran-ukuran
tersebut sebagai satuan pedoman pengoperasian satuan-satuan kerja serta
penilaian masing penilaian sumbangan masing-masing anggota. Pada metode MBO,
setiap individu karyawan memiliki sasaran kerjanya masing-masing, yang
bersesuaian dengan sasaran kerja unitnya untuk satu periode kerja. Penilaian
kinerja dalam metode MBO dilakukan di akhir periode mengacu pada realisasi
sasaran kerja.
MBO
berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur formal, atau semi formal, yang
dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan
(langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan kegiatan. Gagasan dasar MBO
adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif, secara aktif melibatkan manager
dan para anggota pada setiap tingkatan organisasi. Dengan pengembangan hubungan
antara fungsi perencanaan dan pengawasan,MBO membantu menghilangkan atau
mengatasi berbagai hambatan perencanaan.
1. Tahap
Pelaksanaan MBO
1. Tahap
Persiapan, yaitu tahap menyiapkan dokumen-dokumen serta
data-data yang diperlukan.
2. Tahap
Penyusunan, tahap ini menjabarkan tugas pokok dan fungsi-fungsi
setiap bagian dalam organisasi, agar seluruhnya terintegrasi mencapai visi dan
misi yang dicanangkan oleh instansi. Merumuskan keadaan sekarang untuk membantu
identifikasi dan antisipasi masalah atau hambatan serta kemudahan-kemudahan.
3. Tahap
Pelaksanaan, yaitu tahap dimana pelaksanaan seluruh kegiatan dan
fungsi manajemen secara menyeluruh seperti pengorganisasian, pengarahan,
pemberian semangat dan motivasi, koordinasi, integrasi dan sinkronisasi.
4. Tahap
Pengendalian, Monitor, Evaluasi dan Penyesuaian, pada tahap
ini bertujuan agar tercapainya tujuan dan sasaran yang tertuang dalam rencana
stratejik melalui kegiatan keseluruhan dalam perusahaan.
3. MBO Yang
Efektif
MBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang lazim,
sebagai berikut:
a. Kesepakatan
pada Program.
Pada setiap organisasi, diperlukan keterikatan para
manajer dalam pencapaian tujuan organisasi pada proses MBO agar program itu
efektif. Banyak waktu dan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
program MBO yang berhasil. Para manajer harus mengadakan pertemuan dengan para
bawahan, pertama untuk menetapkan tujuan-tujuan dan kemudian untuk mengkaji
kembali kemajuan dalam menuju tujuan tersebut. Tidak ada jalan pintas yang
mudah, bila sasaran telah ditetapkan tetapi tidak dikaji kembali secara
berkala, tujuan itu tidak mungkin akan tercapai.
b. Penetapan
Sasaran Tingkat Atas
Program perencanaan yang efektif biasanya dimulai
dengan para manajer tertinggi yang menetapkan sasaran pendahuluan setelah
berkonsultasi dengan para anggota organisasi yang lain. Sasaran harus
dinyatakan dengan istilah yang khusus dan dapat diukur, misalnya peningkatan
lima persen dalam penjualan kuartal yang akan datang, tidak ada peningkatan
dalam biaya-biaya eksploitasi pada tahun ini, dan sebagainya. Dengan cara
demikian, para manajer dan bawahan akan mempunyai pengertian yang lebih jelas
tentang apa yang diharapkan oleh pimpinan teratas untuk dicapai, dan mereka
dapat melihat bagaimana pekerjaan mereka itu berkaitan langsung dengan
pencapaian sasaran organisasi.
c. Sasaran
Individual
Dalam progaram MBO yang efektif, setiap manajer dan
bawahan telah menetapkan dengan jelas tanggung jawab pekerjaan dan
tujuan-tujuannya, misalnya manajer subunit A akan bertanggung jawab atas
peningkatan 15% dalam jangka waktu dua bulan. Maksud dari penetapan tujuan
dengan menggunakan istilah-istilah pada setiap tingkatan ialah untuk membantu
para pegawai agar mengerti dengan jelas apa yang diharapkan untuk dicapai. Hal
ini membantu setiap rencana individual secara efektif untuk mencapai sasaran
yang ditargetkan.
Sasaran untuk setiap individu harus ditetapkan dengan
konsultasi antara individu dengan atasannya. Dalam konsultasi bersama tersebut,
para bawahan membantu para manajer mengembangkan tujuan yang realitas karena
mereka mengetahui dengan baik apa yang mampu mereka capai. Para manajer
membantu para bawahannya untuk meningkatkan pandangan mereka terhadap tujuan
yang lebih tinggi dengan menunjukkan keinginan untuk membantu mereka dalam
mengatasi rintangan serta kepercayaan pada kemampuan para bawahan.
d. Partisipasi
Peranserta bawahan dalam menetapkan tujuan sangat
berbeda-beda. Para manajer kadang-kadang menetapkan tujuan tanpa mengetahui
sepenuhnya tentang kendala di mana bawahan mereka harus bekerja. Para bawahan
kemungkinan memilih tujuan yang tidak sejalan dengan sasaran organisasi.
Sebagai kebiasaan, semakin besar peranserta para manajer dan bawahan dalam penetapan
sasaran, semakin baik kemungkinannya sasaran itu akan tercapai.
e.
Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana
Begitu sasaran telah ditetapkan dan disetujui,
individu itu mempunyai kebijakan yang luas untuk memilih sarana-sarana guna
pencapaian tujuan tersebut. Dalam kendala yang normal dari kebijakan
organisasi, para manajer harus bebas mengembangkan dan melaksanakan
program-program untuk mencapai sasaran tanpa penafsiran kembali oleh atasan
langsung mereka. Dari berbagai aspek yang mereka plih dengan bebas dalam
menentukan sarana dan kebijakan yang diberikan oleh organisasi, maka para
pegawai bawahan merasa diuntungkan dengan program MBO atau otonomi dalam
pelaksanaan rencana. Akan tetapi pegawai juga tidak bisa semaunya sendiri dalam
menentukan kebijakannya, juga harus menyangkut pada peraturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Dan aspek dari program MBO
tersebut, sangat dihargai oleh para manajer dan juga para pegawai bawahan.
f.
Pengkajian Kembali Untuk Kerja
Para manajer dan bawahan secara berkala mengadakan
pertemuan untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju sasaran. Selama
pengkajian kembali, mereka memutuskan masalah-masalah yang ada, dan apa yang
dapat mereka lakukan masing-masing untuk memecahkannya. Bila perlu tujuan-tujuan
itu dapat dimodifikasi untuk periode peninjauan kembali yang akan datang.
Agar adil
dan berguna, pengkajian kembali harus didasarkan atas hasil unjuk kerja yang
dapat diukur, bukan atas kriteria yang subjektif, seperti sikap dan kemampuan.
Misalnya, daripada berusaha untuk menilai bagaimana giatnya seseorang di
lapangan, seorang manajer seharusnya menekankan hasil penjualan nyata yang
dicapai dan sebagai pengetahuan terinci mengenai pelanggannya.
Sistem
MBO
Program-program
MBO sangat bervariasi, banyak dirancang untuk digunakan dalam suatu kelompok
kerja, tetapi banyak juga digunakan untuk keseluruhan organisasi. Metode-metode
dan pendekatan-pendekatan yang digunakan para manajer dalam program MBO akan
berbeda. Berikut ini adalah unsur-unsur umum sistem MBO yang efektif yang pada
hakekatnya merupakan aspek-aspek proses pokok MBO:
a)
Komitmen
pada program. Program MBO yang efektif mensyaratkan komitmen para manajer
disetiap tingkatan organisasi terhadap pencapaian tujuan pribadi dan organisasi
serta proses MBO.
b)
Penetapan
tujuan manejemen puncak. Program-program perencanaan efektif dimulai dengan
para manajer puncak yang menetapkan tujuan-tujuan pendahuluan setelah
berkonsultasi dengan para anggota organisasi lainnya.
c)
Tujuan-tujuan
perseorangan. Setiap manajer dan bawahan merumuskan tanggung jawab dan tujuan
jabatan mereka secara jelas. Maksudnya adalah untuk membantu para karyawan
memahami secara jelas apa yang diharapkan agar dapat tercapai.
d)
Partisipasi.
Derajat partisipasi bawahan dalam penetapan tujuan sangat bervariasi. Sebagai
pedoman umum, semakin besar partisipasi bawahan, semakin besar kemungkinan
tujuan akan tercapai.
e)
Otonomi
dalam implementasi rencana. Setelah tujuan ditetapka dan di setujui, individu
mempunyai keluasan dalam memilih peralatan untuk pencapaian tujuan. Manajer
bebas mengimplementasikan dan mengembangkan program-program pencapaian tujuan
tanpa campur tangan atasan langsung dengan batasan-batasan organisasi.
f)
Peninjauan
kembali prestasi. Manajer dan bawahan bertemu secara periodik untuk meninjau
kembali kemajuan terhadap tujuan.
4.
MBO Dalam
Pendekatan Sistem
Dalam
sistem dikenal istilah pendekatan sistem. Pendekatan sistem merupakan suatu
proses pemecahan masalah yang mencakup 4 kegiatan. 1).perencanaan,
2).implementasi, 3).evaluasi 4).revisi. secara luas pendekatan sistem dpat
diartikan sebagai alata atau cara berpikir yang menekannkan pada identifikasi
masalah dan pemecahan masalah.
Penerapan
MBO dalam suatu sistem dilihat dari objek permasalahan. Misalnya penerapan MBO
dalam sistem pendidikan. Drucker (1954) melalui MBO (management by objective)
dapat memberikan gagasan mengenai
prinsip manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam
perencanaan. Penerapan MBO misalnya kepala dinas yang memimpin tim
beranggotakan pejabat dan fungsional dinas, dan stakeholders dalam merumuskan
visi, misi dan objektif dinas pendidikan.
Penerapan MBO dalam tingkat sekolah
misalnya, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, siswa, orang tua siswa, masyarakat
dan stakeholders duduk bersama membahas rencana strategis sekolah dengan
mengembangkan tujuh langkah MBO seperti:
a. Menentukan
hasil akhir apa yang ingin dicapai sekolah
b. Menganalisis
apakah hasil akhir itu berkaitan dengan tujuan sekolah
c. Berunding
menetapkan sasaran-sasaran yang dibutuhkan
d. Menetapkan
kegiatan apa yang tepat untuk mencapai sasaran
e. Menyusun
tugas-tugas untuk mempermudah mencapai sasaran
f. Menentukan
batas-batas pekerjaan dan jenis pengarahan yang akan dipergunakan oleh atasan
g. Lakukan monitoring
dan buat laporan.
5. Kelebihan
MBO
Dalam suatu penelitian tentang para
manajer, Tosi dan Carroll mencatat keuntungan-keuntungan utama dari program MBO
antara lain:
a) program MBO
memberi kesempatan kepada para individu untuk mengetahui apa yang diharapkan
dari mereka.
b)
program MBO membantu dalam
perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan sasaran dan waktu yang
ditargetkan.
c)
program MBO meningkatkan komunikasi
antara para manajer dan bawahan
d)
program MBO membuat para manajer
lebih menyadari tentang sasaran organisasi
e) progaram MBO
membuat proses manajemen lebih wajar dengan memusatkan pada suatu pencapaian.
Program ini juga memberi kesempatan kepada para bawahan untuk mengetahui sebaik
mana mereka bekerja dalam kaitannya dengan sasaran organisasi
Dari penelitian ini serta analisis lainnya, tampak
jelas bahwa MBO mempunyai keuntungan bagi para individu dan organisasi. Bagi
individu mungkin keuntungan utamanya ialah meningkatnya rasa keterlibatan dan
pengertian tentang sasaran organisasi. Ini memungkinkan usaha dipusatkan di
mana usaha itu sangat diperlukan dan sangat mungkin untuk diberikan
penghargaan. Di samping itu tiap individu mengetahi bahwa mereka akan dinilai,
bukan berdasarkan hubungan pribadi atau prasangka atasan, tetapi berdasarkan
sebaik mana mereka mencapai sasaran yang mereka sendiri telah membantu
menetapkannya. Sebagai akibatnya, individu-individu dalam suatu proses MBO
lebih besar kemungkinannya untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dengan
penuh kemauan dan keberhasilan.
Semua keuntungan individu ini setidak-tidaknya secara
tidak langsung akan memberikan keuntungan kepada perusahaan atau organisasi. Di
samping itu ada keuntungan pada suatu program MBO yang dilaksanakan dengan
berhasil yang berlaku langsung pada organisasi. Karena karena semua tingkat
dalam organisasi membantu dalam penetapan tujuan, maka sasaran dan tujuan
oraganisasi menjadi lebih realistis. Juga komunikasi yang bertambah baik
sebagai akibat adanya MBO, dapat membantu organisasi untuk mencapai sasarannya
dengan lebih baik. Artinya, seluruh organisasi mempunyai rasa kesatuan yang
meningkat. Dan para pegawai bawahan lebih menyadari apa yang diharapkan oleh
pimpinan puncak dan pada gilirannya aka membantu dalam penetapan tujuan yang
dapat dicapai.
5. Kelemahan
MBO
MBO, tentu saja tidak menyelesaikan semua masalah
organisasi. Penilaian dari para bawahan merupakan bidang yang sangat sulit
karena hal ini menyangkut status, gaji, dan kenaikan pangkat. Bahkan dalam
program MBO yang paling baik pun, proses pengkajian kembali mungkin dapat
menyebabkan ketegangan dan kebencian. Tidak semua prestasi dapat
dikuantifikasikan atau diukur. Bahkan bila apa yang akan dicapai dapat diukur,
misalnya jumlah penjualan total di daerah bawahan tersebut mungkin tidak
bertanggung jawab untuk hal tersebut. Misalnya, penjualan mungkin menurun
walaupun bawahan telah berusaha dengan sebaik-baiknya disebabkan oleh langkah
dari para pesaing yang tidak diperkirakan sebelumnya. Perubahan-perubahan yang
diinginkan oleh MBO dalam perilaku para manajer mungkin juga menimbulkan
masalah. Dalam MBO, penekanan diubah dari menilai para bawahan menjadi membantu
mereka. Ini merupakan perubahan yang sulit dilakukan oleh para manajer.
Hampir semua masalah merupakan persoalan yang
berulang-ulang terjadi yang dihadapi oleh para anggota organisasi, baik mereka
mempunyai program MBO maupun tidak. Namun demikian, ada dua kategori kelemahan
yang khas bagi organisasi yang mempunyai program MBO. Dalam kategori pertama
adalah kelemahan yang melekat (inherent) dalam proses MBO. Ini membutuhkan
banyak waktu dan upaya dalam mempelajari penggunaan teknik MBO dengan tepat
serta pekerjaan tulis-menulis yang biasanya diperlukan. Dalam kategori kedua
ada kelemahan yang secara teoritis tidak perlu, tetapi yang tampaknya sering
berkembang bahkan dalam program-program MBO yang dilaksanakan dengan tepat.
Kategori yang kedua meliputi beberapa masalah penting
yang harus dikendalikan bila program itu tidak berhasil, yaitu:
- Gaya dan dukungan pimpinan
Bila para manajer puncak lebih menyukai pendekatan
yang otoriter dan pengambilan keputusan yang terpusat, maka mereka akan
memerlukan pendidikan kembali secara serius sebelum dapat melaksanakan program
MBO.
- Adaptasi dan perubahan
MBO mungkin memerlukan banyak perubahan dalam struktur
organisasi, pola wewenang dan prosedur pengendalian. Para manajer harus
mendukung perubahan-perubahan ini. Mereka yang berperan serta hanya karena
terpaksa untuk mendukung organisasi itu akan dengan mudah menyebabkan kegagalan
program tersebut.
- Kecakapan hubungan antarpribadi (interpersonal skill)
Penetapan tujuan dan proses pengkajian kembali oleh
manajer dan bawahan memerlukan tingkat kecakapan yang tinggi dalam hubungan
antarpribadi. Banyak manajer yang tidak mempunyai pengalaman sebelumnya atau
kemampuan yang lazim dalam bidang ini. Pendidikan dalam pembibingan dan
wawancara mungkin diperlukan
- Uraian tugas (job description)
Penggunaan daftar khusus dari tujuan dan tanggung
jawab individu adalah sulit dan menghabiskan waktu. Di samping itu uraian tugas
harus dikaji kembali dan direvisi karena keadaan dalam organisasi berubah. Hal
ini terutama penting selama taraf pelaksanaan, bila dampak dari sistem MBO
sendiri dapat menyebabkan perubahan dalam tugas dan tanggung jawab pada tiap
tingkat.
- Penetapan dan pengkoordinasian tujuan
Penyusunan sasaran yang penuh tantangan tetapi
realistis sering merupakan sumber kekacauan bagi para manajer. Mungkin terdapat
kesulitan dalam membuat tujuan itu dapat diukur, dalam menemukan jalur yang
baik antara sasaran yang terlalu mudah dan tidak mungkin dalam melukiskan
tujuan secara jelas dan tepat. Tambahan pula, mungkin sulit mengkoordinasikan
seluruh tujuan organisasi dengan kebutuhan pribadi dan tujuan-tujuan individu.
- Pengendalian terhadap metode pencapaian sasaran
Frustasi yang mendalam bisa terjadi bila usaha seorang
manajer untuk mencapai sasaran tergantung kepada pencapaian usaha-usaha lain
dalam organisasi. Misalnya, manajer bagian produksi tidak diharapkan akan
mencapai sasaran merakit 100 unit per hari bila bagiannya diberi suku cadang
hanya untuk 90 unit. Penetapan sasaran kelompok dan keluwesan diperlukan untuk
menyelesaikan persoalan macam ini.
- Konflik antara kreativitas dan MBO
Mengutamakan prestasi, peningkatan dan kepuasan pada
pencapaian sasaran mungkin tidak akan produktif bila cenderung menghambat
inovasi. Bila para manajer gagal untuk mencoba sesuatu yang baru dan mungkin
mengandung risiko karena tenaga mereka dicurahkan pada tujuan-tujuan MBO
tertentu, beberapa kesempatan mungkin akan hilang. Untuk menghindari bahaya
ini, Odiorne mengusulkan agar kesepakatan terhadap inovasi dan perubahan harus
merupakan bagian dari proses penetapan sasaran.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Management by objective dapat juga
disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran.MBO berkenaan dengan penetapan prosedur-prosedur
formal, atau semi formal, yang dimulai dengan penetapan tujuan dan dilanjutkan
dengan serangkaian kegiatan (langkah) sampai peninjauan kembali pelaksanaan
kegiatan. Gagasan dasar MBO adalah bahwa MBO merupakan proses partisipatif,
secara aktif melibatkan manager dan para anggota pada setiap tingkatan
organisasi. Dengan pengembangan hubungan antara fungsi perencanaan dan
pengawasan,MBO membantu menghilangkan atau mengatasi berbagai hambatan
perencanaan.
Tahap
Pelaksanaan MBO terdiri dari:tahap Persiapan,tahap penyusunan,tahap Pelaksanaan,tahap Pengendalian,monitor, evaluasi dan Penyesuaian.
MBO yang efektif, terdapat
unsur-unsur yang lazim, sebagai berikut:Kesepakatan pada Program, Penetapan
Sasaran Tingkat Atas,Sasaran Individual,Partisipasi,Otonomi Dalam Pelaksanaan
Rencana,Pengkajian Kembali Untuk Kerja.
unsur-unsur umum
sistem MBO yang efektif yang pada hakekatnya merupakan aspek-aspek proses pokok
MBO: Komitmen pada program,Penetapan tujuan manejemen puncak,Tujuan-tujuan
perseorangan,Partisipasi,Otonomi dalam implementasi rencana,Peninjauan kembali
prestasi.
MBO Dalam Pendekatan Sistem mencakup 4 kegiatan.
1).perencanaan, 2).implementasi, 3).evaluasi 4).revisi. secara luas pendekatan
sistem dpat diartikan sebagai alata atau cara berpikir yang menekannkan pada
identifikasi masalah dan pemecahan masalah.
Penerapan
MBO dalam suatu sistem dilihat dari objek permasalahan. Misalnya penerapan MBO
dalam sistem pendidikan. Drucker (1954) melalui MBO (management by objective)
dapat memberikan gagasan mengenai
prinsip manajemen berdasarkan sasaran sebagai suatu pendekatan dalam
perencanaan. Penerapan MBO misalnya kepala dinas yang memimpin tim
beranggotakan pejabat dan fungsional dinas, dan stakeholders dalam merumuskan
visi, misi dan objektif dinas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Putet. 2011. Manajemen Berdasarkan Sasaran ( MBO). 04 Februari. Dipublikasikan oleh : http://megroxx.blogspot.com/2011/02/manajemen-berdasarkan-sasaran-mbo.html
Arifianto. 2011. Manajemen Pendidikan. Dipublikasikan oleh
: http://blog.umy.ac.id/arifianto/kuliah-kita/manajemen-pendidikan/
pendekatannya yang paling di utamana itu apa ?
BalasHapus